Sebagai seorang perencana keuangan yang ngomongin duit, sejujurnya kalau bicara masalah biaya, sepertinya menikah di saat pandemi ini harusnya lebih hemat. Apalagi kalau menikahnya cukup di Kantor Urusan Agama (KUA) bagi yang muslim.
Kenapa menikah di saat pandemi bisa lebih hemat? Ya karena mengingat jumlah undangannya pasti terbatas alias tidak bisa banyak. Mengapa demikian? Karena salah satu biaya terbesar dari sebuah pernikahan adalah biaya resepsi, dan biaya terbesar dalam resepsi adalah di makanan, dekorasi, pakaian pengantin, dokumentasi, dan pengisi acara.
Jadi semakin banyaknya undangan dalam sebuah acara pernikahan, maka biaya makanan akan membengkak. Beberapa Wedding Organizer (WO) mengungkapkan bahwa biaya makanan di sebuah resepsi pernikahan bisa menghabiskan 50-70% dari total bujet.
Jumlah undangan resepsi pernikahan saat PPKM bisa dibatasi, sehingga biaya makan menjadi sangat berkurang. Demikian juga dengan biaya pelaminan dan dekorasi yang lebih sederhana, serta pengisi acara di resepsi tersebut.
Biaya yang justru kemungkinan meningkat adalah untuk dokumentasi, mengingat agar bisa menjangkau anggota keluarga lainnya dan teman, sahabat, dan kolega yang tidak bisa hadir karena keterbatasan undangan dibutuhkan tim untuk membantu menyiarkan acara pernikahan ataupun resepsi pernikahan tersebut baik melalui melalui media online ataupun dokumentasi baik foto maupun video.
Hasil diskusi dengan beberapa WO, ternyata hal yang paling sulit untuk bisa menekan biaya pernikahan adalah karena masalah ego, baik ego si mempelai maupun ego keluarga (orang tua mempelai dan keluarga besar).
Kalau di awal-awal tahun 2000an, resepsi pernikahan itu adalah sebuah hajatan besar. Undangan dari resepsi bisa sangat banyak, mencapai ratusan orang atau bahkan ribuan undangan. Dan bisa dipastikan bahwa sebagian besar dari undangan tersebut adalah teman dan kolega dari orang tua mempelai.
Sementara undangan mempelai mungkin hanya 10-20% dari total undangan yang hadir, sehingga terkesan seakan-akan yang menikah adalah orang tuanya, bukan si mempelai.
sumber detik