Suara.com - Harga emas berhssil menguat pada perdagangan hari Selasa, setelah melorot enam sesi berturut-turut.
Penguatan ini terjadi karena dolar dan imbal hasil treasury tergelincir menyusul data aktivitas bisnis Amerika yang lemah.
Mengutip CNBC, Rabu (23/8/2022) harga emas di pasar spot naik 0,7 persen menjadi USD1.747,00 per ounce. Harga emas tergelincir dalam enam sesi terakhir dan mencapai USD1.727,01 pada sesi Senin, level terendah sejak 27 Juli.
Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat ditutup naik 0,7 persen menjadi USD1.761,2 per ounce.
Aktivitas bisnis sektor swasta di Amerika Serikat mengalami kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut pada Agustus ke level terlemah dalam 18 bulan.
"Data tersebut mengindikasikan kontraksi besar, menunjukkan ekonomi melemah dengan cepat, membuka pintu ke gagasan bahwa Fed mungkin tidak terlalu agresif, lebih lanjut membantu emas," kata Edward Moya, analis OANDA.
Sementara itu Indeks Dolar (Indeks DXY) tergelincir 0,5 persen membuat emas lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sementara penurunan hasil US Treasury membuat logam kuning lebih menarik, karena memangkas opportunity cost untuk memegangnya.
Fokus saat ini tertuju pada pidato Chairman Fed Jerome Powell pada konferensi tahunan bank sentral global di Jackson Hole, Wyoming, Jumat.
Emas cenderung menderita di lingkungan suku bunga yang tinggi karena tidak memberikan imbal hasil.
Sumber: Suara.com