Senin, 19 Februari 2018

Perempuan di Saudi Kini Bisa Memulai Bisnis Tanpa Harus Izin Pria


PT BESTPROFIT - Perempuan di Arab Saudi sekarang dapat membuka usaha tanpa harus mendapat persetujuan dari suami atau saudara laki-laki.

Hal tersebut menjadi bagian reformasi kebijakan Kerajaan Arab Saudi untuk mendorong perluasan sektor swasta agar mengalami pertumbuhan cepat. BESTPROFIT


Perubahan kebijakan itu telah diumumkan oleh pemerintah Saudi pada Kamis (15/2/2018).

Dilansir dari AFP, Minggu (18/2/2018), keputusan tersebut juga menandai sebuah langkah besar dalam sistem perwalian yang ketat selama beberapa dekade terakhir. BEST PROFIT

"Perempuan kini dapat membuka bisnis dan mendapatkan manfaat dari layanan online pemerintah tanpa harus membuktikan persetujuan dari wali," kata kementerian perdagangan dan investasi Arab Saudi melalui laman resminya.

Di bawah sistem perwalian, perempuan di Arab Saudi wajib untuk menunjukkan bukti izin dari seorang wali laki-laki, biasanya suami, ayah, atau saudara laki-laki untuk mendapatkan dokumen pemerintah, bepergian, atau bahkan mendaftar kelas tertentu.

Kerajaan yang telah lama bergantung pada produksi minyak mentah, pemerintah Saudi mendorong perluasan sektor swasta, termasuk penciptaan lapangan kerja untuk perempuan.

Sementara perempuan masih menghadapi sejumlah pembatasan, namun kantor jaksa penuntut umum Saudi akan merekrut penyidik perempuan untuk pertama kalinya.

Pemerintah Saudi juga telah membuka 140 posisi untuk perempuan di bandara dan petugas perbatasan. Ada 107.000 pelamar perempuan yang telah mengajukan diri untuk mengisi posisi tersebut.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman, pewaris takhta kerajaan, telah memimpin perluasan peran perempuan dalam angkatan kerja pada beberapa bulan terakhir.

Sebelumnya, Raja Salman pada September 2017 telah menyetujui berakhirnya larangan mengemudi bagi perempuan yang akan mulai diberlakukan pada Juni 2018.

Pangeran Mohammed menjanjikan Arab Saudi yang moderat dan terbuka. Melalui program reformasi bertajuk Visi 2030, Saudi berusaha meningkatkan presentase perempuan di angkatan kerja dari 22 persen menjadi hampir 33 persen.

Sumber : Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar