PT BESTPROFIT - Di zaman modern ini masih ada orang-orang nomaden. Mereka mengembara secara tradisional dan menggantungkan hidupnya di alam.
Melansir BBC Travel, Senin(6/8/2018), orang-orang nomaden ini ada di Iran. Berjumlah hanya 400.000, Qashqai adalah sebutan bagi orang-orang nomaden Iran yang sangat menentang adanya asimilasi ke dalam masyarakat Iran pada umumnya. BESTPROFIT
Diketahui bahwa Qashqai masih dari bagian suku Turki dari Asia Tengah dan menetap di Iran selama abad ke-11 dan 12. Mereka tinggal di gurun yang keras di Iran barat daya selama ratusan tahun. BEST PROFIT
Setiap tahun mereka melakukan perjalanan bersama kambing dan domba ternaknya dari padang rumput sebuah dataran tinggi utara Shiraz ke padang rumput lebih rendah di dekat Teluk Persia. Perjalanan mereka kira-kira sejauh 480 km ke selatan.
Cara hidup mereka adalah keseimbangan yang baik antara manusia, hewan, dan lingkungan mereka. Berjumlah ratusan ribu Qashqai telah diupayakan agar masuk ke dalam masyarakat Iran pada umumnya, tetapi mereka selalu menolak.
Hidup dengan tradisi
Salah satu contoh warganya bernama Ghazal dan istrinya Tarkkenaz. Keluarga ini hidup selama sekitar setengah tahun di dekat Koohmare Sorkhi, sebuah desa berjarak sekitar 50 km dari Shiraz. Mereka akan bergerak sejauh 200 km ke utara dekat Kota Kazerun ketika cuaca semakin dingin.
Seperti kebanyakan Qashqai, mereka menolak untuk meninggalkan gaya hidup tradisional mereka. Mereka terus hidup seperti nenek moyang mereka selama berabad-abad.
Kini ia pensiun, Ghazal menjadi guru Bahasa Farsi/Persia bagi anak-anak nomaden selama 30 tahun. Ini sangat penting karena memungkinkan Qashqai untuk mempertahankan kemandirian dan budaya mereka.
Tetapi kini semakin sulit untuk menemukan guru yang mau bepergian bersama anak-anak. Di dalam orang-orang nomaden pun hanya sedikit yang memenuhi syarat, karena mereka yang berasal dari kota tidak terbiasa dengan gaya hidup berpindah-pindah.
Pengalaman menyebut saat keadaan guru tidak ada lagi dan anak-anak tidak bersekolah di dalam hidup berpindah-pindah maka para orang tua akan menyekolahkannya di kota. Namun anak-anak itu biasanya malah memilih untuk tinggal di kota saja setelah bersekolah.
Politik asimilasi selama beberapa dekade terakhir telah mendorong orang-orang Qashqai untuk menetap di kota atau desa terdekat jalur pengembaraannya. Sementara pusat perkotaan yang tumbuh merambah lahan pengembaraan mereka.
Tetapi gaya hidup nomaden telah menciptakan solidaritas yang kuat di dalam orang-orang Qashqai. Bibi Ghazal, Madina, kehilangan suaminya beberapa tahun yang lalu namun dia tetap bepergian bersama keluarganya karena tak bisa meninggalkan cara hidup nomaden.
Manusia dan hewan
Orang-orang Qashqai tidak dapat membayangkan kehidupan mereka tanpa hewan ternaknya. Kambing menghasilkan susu, keju, dan daging untuk kebutuhan sehari-hari, hewan ternak ini juga bisa dijual di Pasar Shiraz untuk membeli barang-barang yang diperlukan.
Selama berabad-abad, orang-orang Qashqai dikenal di seluruh Iran sebagai pembuat karpet dan produk wol lainnya. Wol yang diproduksi di pegunungan dan lembah dekat Shiraz sangat lembut dan indah karena warnanya lebih mencolok daripada wol dari bagian lain Iran. Tarkkenaz dan wanita lain di keluarganya masih memproduksi produk wol tradisional ini, dan pedagang akan datang secara teratur ke perkemahan mereka untuk membelinya.
Dunia yang berbeda
Qashqai selalu mengklaim identitas dan tradisi mereka yang sangat spesifik dari masyarakat Iran pada umumnya. Meski mengikuti tradisi pernikahan Muslim, dalam perayaan ini juga ada persembahan tarian, parade, pertunjukan perang, dan pakaian tradisional.
Momen ini merupakan kesempatan bagi para pengembara Qashqai untuk berkumpul. Hal ini dikarenakan mereka lebih sering tinggal berjauhan satu sama lain di daerah yang sangat terpencil.
Meski secara resmi Qashqai adalah Muslim, seperti seluruh Iran, mereka tak terlalu berkomunikasi dengan institusi Islam setempat. Mereka mengikuti tradisi Muslim selama upacara pernikahan dan kematian, tetapi sangat sedikit yang melakukan salat dan mereka tidak berpuasa selama Ramadan. Ini dimungkinkan karena hidup nomaden menjadi musafir selama berabad-abad.
Sumber : Detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar