Jumat, 30 November 2018

The Fed Kian Hati-hati dan Pertemuan Trump-Xi Jadi Kunci


BEST PROFIT - Pasar keuangan Indonesia 'mengamuk' pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kisaran 1%.

Kemarin, IHSG ditutup melonjak 1,93%. Bursa saham Asia lainnya juga menguat, tetapi penguatan IHSG menjadi yang tertinggi.  BESTPROFIT

Sementara rupiah menguat 1% di hadapan greenback. Penguatan rupiah menjadi yang terbaik kedua, hanya kalah dari rupee India.


Ada dua sentimen utama yang memotori penguatan pasar keuangan Benua Kuning. Pertama, optimisme terkait kesepakatan dagang antara AS dengan China.   PT BESTPROFIT

Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyatakan bahwa ada kemungkinan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan kala Presiden AS Donald Trump bertemu Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20.  BESTPROFIT FUTURES

"Ada kemungkinan yang cukup besar kami akan mencapai kesepakatan. Beliau (Trump) terbuka untuk itu," kata Kudlow, mengutip Reuters.

Apalagi, pernyataan Kudlow seakan disambut oleh kubu China. Presiden Xi menyatakan bahwa China siap untuk lebih membuka diri terhadap perekonomian global, sesuatu yang selama ini menjadi tuntutan Trump. 

"China akan terus berupaya untuk membuka diri, bahkan lebih dari apa yang dilakukan sekarang. China akan membuka akses kepada pasar, investasi, dan perlindungan terhadap kekayaan intelektual," tegas Xi di depan parlemen Negeri Tirai Bambu, dikutip dari Reuters. 

Kedua, pernyataan dovish dari Gubernur The Federal Reserve/The Fed Jerome Powell bahwa suku bunga acuan sudah mendekati posisi netral, yang artinya tidak lagi bisa digunakan untuk meredam atau mempercepat pertumbuhan ekonomi.

"Suku bunga acuan masih rendah berdasarkan standar historis, dan berada sedikit di bawah rentang estimasi yang netral," ucap Powell, mengutip Reuters.

Pernyataan Powell diartikan sebagai sinyal bahwa The Fed mungkin akan mengurangi kadar kenaikan suku bunga acuan. Kala perang dagang dengan China masih berkecamuk, normalisasi yang tak kelewat agresif memang merupakan pilihan terbaik bagi perekonomian AS dan dunia. 

Di sisi lain, memudarnya prospek kenaikan suku bunga acuan Negeri Paman Sam justru jadi musibah bagi greenback. Dengan stance Powell yang tidak lagi hawkish, dolar AS kehilangan karisma dan mengalami tekanan jual. Hal ini lantas membuat mata uang Asia mendapatkan kekuatan untuk menguat, termasuk rupiah.

Seiring penguatan rupiah yang signifikan, saham-saham bank BUKU IV menjadi primadona pada perdagangan kemarin. BMRI naik 3,38%, BBCA naik 2,95%, BBNI naik 2,63%, dan BBRI) naik 1,64%.

Sumber : Detik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar