Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi lanjut tertekan pada perdagangan Selasa (24/10). Analis Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang mengatakan, penurunan IHSG disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah yang potensial berlanjut.
Pada perdagangan Senin (23/10), nilai tukar rupiah melemah 0,38% ke level Rp 16.930 per dolar AS. Hal ini sejalan dengan berlanjutnya kecenderungan kenaikan yield obligasi di AS. Yield obligasi pemerintah AS alias US Treasury tenor 10 tahun terus menguji level psikologis 5% dalam dua hari terakhir.
Pidato terbaru Kepala The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa The Fed akan cenderung menahan suku bunga acuan di level tinggi untuk waktu yang lebih lama dari perkiraan. Kondisi ini memicu kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi di AS lebih dalam dari perkiraan di 2024.
"Dari data ekonomi, pasar mengantisipasi data consumer confidence dan manufacturing PMI di Jerman, serta data tingkat pengangguran di Inggris," tutur Alrich dalam risetnya, Selasa (24/10).
Secara sektoral, hanya sektor tekonologi yang menguat di Bursa Efek Indonesia pada Senin (23/10). Kondisi ini dipicu ekspektasi positif pelaku pasar terhadap kinerja perusahaan teknologi besar di AS, seperti Amazon, Alphabet, Meta, dan Microsoft yang dijadwalkan rilis pekan ini.
Alrich memprediksi, IHSG akan lanjut turun pada Senin (23/10) dengan level support di 6.730 dan resistance di 6.850. Cermati peluang speculative buy pada PGAS, INDF, MARK, serta trading buy pada AKRA, TBIG, dan MYOR.
Sumber: kontan.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar