Jumat, 20 April 2018

Stance BI: Mempertahankan Suku Bunga Demi Pemulihan Ekonomi


Stance BI: Mempertahankan Suku Bunga Demi Pemulihan Ekonomi
PT BESTPROFITBank Indonesia (BI) menegaskan upaya mendorong pemulihan ekonomi domestik menjadi alasan utama di balik keputusan mempertahankan suku bunga acuan. Tingkat suku bunga saat ini diyakini bank sentral mampu menjaga stabilitas tanpa mengurangi upaya mendorong pemulihan ekonomi nasional.

"Kami yakin [bisa menjaga stabilitas], dan yang penting catatan kami adalah kami mendorong pemulihan ekonomi. Itu akan kami bawa di tengah stabilitasnya terus kami jaga, meskipun risiko globalnya masih ada," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo setelah mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan April, Kamis (19/4/2018). BESTPROFIT

"Kami tidak ingin adanya perubahan suku bunga, dalam hal ini kenaikan yang justru nanti akan berdampak overkill dan kontraproduktif pada pertumbuhan ekonomi. Momentum ini sedang berlangsung," tambah Dody. BEST PROFIT




Bank sentral mempertahankan suku bunga acuannya, BI 7-Day Reverse Repo Rate, tetap di 4,25% dengan suku bunga deposit facility tetap di 3,5% dan lending facility 5%.

Secara garis besar, BI memandang keputusannya untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan masih sesuai meskipun hal itu dilakukan di tengah gejolak eksternal yang semakin menjadi-jadi, seperti risiko perang dagang Amerika Serikat (AS)-China, konflik geopolitik di Timur Tengah, sampai dengan kenaikan risiko kenaikan Fed Fund Rate.

Dody mengatakan berbagai risiko tersebut sudah masuk dalam penghitungan bank sentral dan diyakini tidak akan menganggu kisaran sasaran inflasi BI. Hal tersebut, sambung dia, juga didukung dari pergerakan inflasi dalam tiga bulan pertama yang stabil, serta nilai tukar rupiah yang akan terus dijaga.

BI melihat pergerakan inflasi tahun ini masih berada dalam kisaran 2,5%-4,5%, meskipun ada risiko dari sisi administered price atau harga yang diatur pemerintah lantaran terkerek kenaikan harga minyak. Namun, BI tetap meyakini laju inflasi tahun ini akan tetap terjaga, baik itu dari administered prices maupun volatile food.

Selain itu, pergerakan rupiah yang sempat terombang-ambing dalam beberapa bulan terakhir pun disebut kembali bergerak stabil. Aliran modal asing yang masuk secara netto pada minggu kedua April sebesar US$800 juta menjadi alasan utama rupiah tak lagi bergejolak akibat sentimen eksternal.



Dari sisi transaksi berjalan, bank sentral tak memungkiri defisit transaksi berjalan tahun ini sedikit melebar, tak lepas dari banjirnya impor dalam beberapa bulan terakhir. Namun, BI merasa pelebaran defisit tetap aman, apalagi tujuannya untuk mendorong pemulihan pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini.

"CAD [current account deficit] cenderung naik menimbang tajamnya kenaikan impor, sejalan dengan membaiknya kegiatan investasi. Namun pada level rasio yang aman, masih di bawah 3% PDB. Proyeksi kami, CAD antara 2%-2,5%," jelasnya.

Meski demikian, BI pun memiliki batasan. Dody menegaskan ruang bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter melalui penurunan suku bunga saat ini tidak ada alias nihil. Namun, dengan tingkat suku bunga saat ini bank sentral masih meyakini hal tersebut bisa mendukung momentum pemulihan ekonomi domestik.

"Ruang menurunkan tidak ada di tahun ini, karena risikonya ada. [...] Stance moneter kita tetap netral, dan itu memberikan semacam indikasi yang telah disampaikan bahwa ruang penurunan suku bunga relatif kecil ke depan," katanya.


Sumber : Detik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar