Selasa, 08 Januari 2019

Lebih Mahal dari Energi Fosil, Tes Bioethanol tak Efektif


BEST PROFIT - Pemerintah mengakui uji coba pemakaian bioethanol/E2 untuk bahan bakar minyak (BBM) non-solar ternyata tidak berjalan efektif.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengungkapkan, setelah diuji coba, ternyata harga keekonomian ethanol lebih mahal dari bahan bakar fosil.  PT BESTPROFIT


Hal itu membuat Pertamina masih belum mau mengembangkan dan menawarkan ke konsumen.

"Kami sudah coba di Jawa Timur dengan E2, ada Pertamina juga. Asumsinya karena pasokan bahan bakunya baru mampu untuk E2, tetapi pasokan ini terbatas juga tarik-menarik dengan industri lain, misalnya kosmetik. Praktis E2 tidak berjalan," terang Rida saat menyampaikan paparan kinerja sektor EBTKE di kantor Ditjen EBTKE, Jakarta, Selasa (8/1/2019). BEST PROFIT 

Lebih lanjut, Rida menuturkan, karena hal tersebut, ditambah dengan APBN dan insentif yang tidak ada (APBN tidak menambah subsidi energi), jadi mau tidak mau program ini terpaksa tidak menjadi prioritas saat ini.

"Daya saing Pertamina dengan yang lain tidak bisa, jadi program ini masih sulit dijalankan," pungkas Rida.

Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan pernah menyebut, akan mempertimbangkan untuk mengembangkan bioetanol untuk mengganti dan mengurangi bensin Premium, misalnya di Sulawesi Selatan mendorong nira jadi etanol.

Bahkan, lanjutnya, Jonan tak ingin sekadar dikembangkan E5 atau E2 yang kandungan bioetanolnya 2% hingga 5%. "Kalau perlu E30 atau E100, tapi siap tidak produsen dalam negerinya?," ujarnya.

Ia sedang mempelajari apakah kelapa sawit juga bisa dikonversi menjadi etanol. Jika itu memungkinkan pemerintah akan mendorong penggunaannya hingga 100%. "Kalau perlu Premium itu 100% dari etanol. Tapi karena ini belum siap pemerintah belum terapkan nanti kalau terapkan impor lagi toh," pungkasnya.

Sumber : Detik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar