Kamis, 06 September 2018

BI Sudah Habiskan Rp 11 T untuk Kuatkan Rupiah


PT BESTPROFITBank Indonesia (BI) sudah menggelontorkan dana cukup banyak untuk membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat dan stabil.

Dana yang dikeluarkan mencapai belasan triliunan untuk intervensi pasar. Langkah otoritas moneter selalu berada di pasar ini juga masuk dalam strategi jangka pendek BI. BESTPROFIT

Selain intervensi, ada pula beberapa strategi jangka pendek yang dilakukan BI, salah satunya adalah menyelamatkan transaksi berjalan dari jurang defisit. BEST PROFIT 
Bank Indonesia (BI) tercatat sudah menggelontorkan dana sebesar Rp 11,9 triliun untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan otoritas melakukan intervensi di pasar valas maupun pasar SBN.

"Kalau kita lihat, Kamis, Jumat, Senin, kita juga sudah lakukan , Kamis sudah Rp 3 triliun, Jumat Rp 4,1 triliun , Senin Rp 3 triliun, kemarin (Selasa) Rp 1,8 triliun," kata Perry di ruang rapat Komisi XI DPR, Jakarta, Rabu (5/9/2019).

Perry menjelaskan, intervensi yang dilakukan ini masuk ke dalam strategi jangka pendek BI dalam menstabilkan nilai tukar rupiah. Langkah yang diambil otoritas moneter adalah dengan memperkuat koordinasi BI dengan pemerintah dan OJK, terutama dalam menerbitkan kebijakan-kebijakan.

"Dalam jangka pendek, stabilitas perlu dilakukan, salah satu yang dilakukan kita koordinasi dengan pemerintah dan OJK," ungkap dia.

Nilai tukar dolar AS diketahui tak berhenti menunjukkan penguatannya terhadap rupiah. Dolar AS bahkan sempat menyentuh level Rp 14.999.

Langkah jangka pendek BI dalam menstabilkan nilai rupiah, kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, yang pertama adalah mempererat koordinasi dengan pemerintah dan OJK. Koordinasi yang dimaksud adalah dalam menerbitkan dan menjalankan suatu kebijakan.

Kedua, melakukan penyesuaian suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate. Tujuannya, agar surat berharga negara (SBN) tetap menarik bagi investor, sehingga ada arus modal masuk ke Indonesia.

"Bagaimana suku bunga kita masih menarik investasi masuk portofolio apalagi pemodal asing ini milih-milih dari imbal hasil," jelas dia.

Ketiga, bersama dengan pemerintah dan stakeholder menurunkan defisit transaksi berjalan. Tercatat, defisit sepanjang kuartal II mencapai US$ 8 miliar atau lebih tinggi dari periode kuartal I yang mencapai US$ 5,7 miliar.

Langkah keempat, kata Perry, otoritas moneter akan selalu berada di pasar untuk melakukan intervensi, baik di pasar valas maupun pasar SBN. Untuk intervensi, setidaknya BI sudah menggelontorkan dana sekitar US$ 11,9 miliar.

Sedangkan yang terakhir, Bank Indonesia menyediakan fasilitas swap dengan tarif barter valas yang lebih murah.

Salah satu yang menjadi fokus BI dalam menstabilkan nilai tukar rupiah khususnya terhadap dolar AS adalah memperbaiki transaksi berjalan yang masih defisit.

Perry menjelaskan fundamental ekonomi mulai dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi masih cukup bagus dan bisa menahan gejolak nilai tukar.

"Yang fokus kita tangani adalah kondisi defisit transaksi berjalan (CAD), ini yang harus menjadi fokusnya," kata Perry.

Dengan perbaikan CAD, kata Perry, maka kebutuhan valas dalam hal ini dolar AS pun bisa terpenuhi. Dengan menjadi fokus, BI juga memproyeksikan CAD turun ke level 2,5% di 2018, dan kembali turun ke level 2% pada akhir tahun depan. 

Tercatat, defisit sepanjang kuartal II-2018 mencapai US$ 8 miliar atau lebih tinggi dari periode kuartal I tahun ini yang mencapai US$ 5,7 miliar.

Adapun untuk memperbaiki CAD Bank Indonesia mendukung beberapa langkah pemerintah seperti penerapan program biodiesel 20% (B20) sebagai bahan campuran di BBM jenis Solar.

Menurut Perry, penerapan B20 ini mampu memberikan devisa cukup besar dan bisa membuat defisit transaksi berjalan semakin mengecil. Karena, ketika B20 berjalan maka akan ada penghematan devisa impor, mendapatkan devisa dari kegiatan ekspor yang jika ditotal sekitar US$ 9-10 miliar.

Selain itu, BI juga mendorong langkah pemerintah mengeruk devisa dari sektor pariwisata dengan penambahan anjungan di Bali, dan pengoperasian Bandara New Jogja pada Maret 2019.

"Akan ada tambahan wisman minimal 400 ribu, ada tambahan US$ 400 juta tambahan devisa, itu yang akan nambah devisa," jelas dia.

Tidak hanya itu, perbaikan CAD juga dilakukan dengan penyesuaian tarif pajak penghasilan (PPh) impor kepada 900 komoditas yang merupakan barang konsumsi, serta penundaan beberapa proyek yang belum mencapai tahap financial closing.

Sumber : Detik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar