Kamis, 30 Agustus 2018

Bisakah Kita Menghentikan Waktu?


PT BESTPROFIT - Penyair Amerika Delmore Schwartz pernah menulis, "Waktu adalah api yang di dalamnya kita terbakar." Kita lahir, hidup, dan mati.

Namun sepanjang sejarah, kita selalu terpesona dengan kemungkinan mengelak dari waktu. Hal ini dituangkan dalam berbagai dongeng, mulai dari Putri Tidur sampai teknologi bidang stasis dan suspended animation (mati suri) dalam cerita-cerita fiksi ilmiah. BEST PROFIT


Pada tahun 1971, Joseph Hafele dan Richard Keating menempatkan empat jam atom di pesawat terbang, yang terbang dua kali keliling dunia: pertama ke arah timur, lalu ke barat. BEST PROFIT

Mereka kemudian membandingkan jam atom di pesawat dengan jam atom lain sebagai referensi, dan mendapati bahwa waktunya tidak sama.

Seperti dibuktikan oleh eksperimen Hafele-Keating, cepatnya waktu berlalu tergantung pada situasi dan kondisi.

"Jika Anda bepergian dengan kecepatan super-relativistik, yang mendekati kecepatan cahaya, atau berada di dekat lubang hitam (dan entah bagaimana tidak dihancurkan olehnya) waktu yang Anda alami akan kurang dari waktu yang dialami orang lain," kata Katie Mack, asisten profesor di Universitas Negeri North Carolina.

Astronot di Stasiun Ruang Angkasa Internasional mengalami dilatasi waktu, seiring mereka menua sedikit lebih lambat daripada orang-orang di Bumi.

"Mereka bergerak cepat, sehingga terpengaruh oleh relativitas khusus, tetapi mereka juga lebih jauh dari Bumi, sehingga mereka merasakan lebih sedikit efek gravitasi," jelas Mack.

Namun, dilatasi waktu ini hanya terjadi dalam hitungan detik. Untuk mendapatkan dilatasi waktu yang signifikan, diperlukan medan gravitasi yang sangat besar atau kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Keduanya belum bisa diciptakan pada saat ini.

Lubang hitam, quasarGettyImagesUntuk menyebabkandilatasi waktu yang masif, Anda membutuhkan medan gravitasi yang sangat kuat, misalnya lubang hitam.
Waktu mungkin relatif, tetapi tetap merupakan aspek mendasar dari realitas kita. Mengubah persepsi tentang waktu jauh lebih mudah daripada menghentikannya sama sekali.

"Anda dapat membuat perbedaan besar dalam cara Anda mengalami waktu, tapi waktu tidak berhenti," kata Mack.

Badan penelitian pertahanan Amerika Darpa sedang mengembangkan biostasis untuk memperlambat proses yang terjadi dalam tubuh pada tingkat molekuler.

Biostasis akan memperpanjang apa yang disebut "jam emas"waktu yang dibutuhkan seorang pasukan yang terluka untuk mencapai pertolongan medis.

Biostasis dimaksudkan untuk memperlambat proses penunjang kehidupan. "Saya awalnya menyusun program ini untuk mengeksplorasi beragam teknologi potensial, mulai dari farmakologi molekular hingga kimia bahan biokompatibel dan rekayasa protein," jelas Dr. Tristan McClure-Begley dari Kantor Teknologi Biologi Darpa.

Biostasis juga dapat memperpanjang masa simpan stok darah dan obat-obatan lainnya dengan memperlambat waktu reaksi bahan kimia di dalamnya.

"Salah satu aplikasi potensial yang paling mendesak dari teknologi biostasis ialah pelestarian dan penyimpanan biomolekul terapeutik seperti vaksin, antibodi, dan enzim," jelas McClure-Begley.

"Kemampuan mempertahankan kapasitas fungsional produk-produk tersebut tanpa rantai dingin yang mahal dan tidak praktis (misalnya penyimpanan beku) adalah tujuan utama dari program ini."

Tapi bagaimanapun, biostasis hanya dimaksudkan untuk keadaan darurat medis, bukan pemakaian jangka-panjang. Untuk mendapatkan inspirasi tentang solusi jangka-panjang, kita perlu mencari ke alam.

Beberapa hewan, seperti katak pohon, menunjukkan kemampuan yang disebut sebagai cryptobiosis, di mana semua proses metabolisme tampaknya terhenti namun mereka tetap hidup, yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam keadaan membeku.

Hewan lain, misalnya beruang, dapat melakukan hibernasi - di mana metabolisme mereka melambat - dan bangun kembali beberapa bulan kemudian.

Manusia juga melakukan ini secara medis, meskipun pada tingkat yang jauh lebih rendah.

Dalam kasus serangan jantung atau cedera otak, hipotermia terapeutik dapat digunakan untuk mendinginkan pasien yang cedera dan menempatkannya dalam keadaan metabolik-rendah selama beberapa hari, memberikan waktu pada tubuh untuk pulih.

Berdasarkan perawatan ini, teknologi bernama Torpor sedang dikembangkan untuk menempatkan astronot dalam keadaan hibernasi dalam misi Mars NASA.

Proses untuk Torpor bekerja dalam dua fase kunci: periode pendinginan awal selama hibernasi, yang melibatkan sedasi (bius), dan periode pemanasan/bangun.

"Dalam pengujian klinis Anda berada dalam pengaruh sedasi yang cukup berat dan sistem pendingin yang digunakan masih sangat invasif, tetapi kami sedang mencari obat-obatan baru yang dapat meminimalkan jumlah sedasi yang diperlukan (untuk memasuki keadaan hibernasi) serta menyederhanakan proses pendinginan," jelas John Bradford, Presiden dan Kepala Petugas Operasional SpaceWorks.

Telah terbukti bahwa menurunkan suhu tubuh kita sampai serendah 5C dapat melambatkan metabolisme - proses kimiawi dalam tubuh untuk mempertahankan kehidupan - lebih dari 50%.

"Hewan yang hibernasi hidup lebih lama, jadi ada faktor pemulihan. Jika Anda berada dalam kondisi ini selama enam bulan, kemungkinan tubuh Anda akan mengalami pemulihan selama tiga bulan, karena laju metabolisme Anda turun 50%," kata Bradford.

"Namun, aspek ini bukanlah motivasi utama kami dan lebih banyak penelitian diperlukan untuk mengukur efek ini, jika ada."

Torpor juga bisa digunakan pada pasien yang sedang menunggu sumbangan organ.

Teknologi yang disebutkan tadi memang memperlambat laju metabolisme, tetapi seberapa mungkinkah teknologi suspended animation dalam cerita fiksi ilmiah? 
Teknologi semacam ini yang paling terkenal adalah cryonics, yang melibatkan pembekuan tubuh hingga sekitar -190 C dengan tujuan menghidupkan kembali pasien di masa depan.

Namun, menempatkan seseorang dalam keadaan kriogenik jauh lebih rumit daripada sekadar membekukannya.

"Kami mencuci darahnya dan kemudian menginfus pasien dengan larutan krio-protektif," jelas Victoria Stevens dari Cryonics UK.

"Alih-alih mengubah pasien menjadi padat, teknik ini mengubah mereka menjadi seperti kaca, sehingga mengurangi kerusakan (pada organ tubuh) akibat pembekuan."

Cryonics hanya dilakukan setelah jantung berhenti. Idenya adalah bahwa ilmu kedokteran akan menjadi cukup maju masa depan untuk memungkinkan pemulihan dan pengobatan.

"Belum ada pasien yang dihidupkan kembali, karena saat ini kami belum memiliki teknologi untuk melakukan itu," kata Stevens.

Meskipun kini ratusan pasien telah diawetkan secara kriogenik, cryonics adalah proses ekstrem. "Ini adalah teknik eksperimental yang masih dalam pengembangan," kata Stevens.

Pada tahun 2001, Erika Nordby yang berusia 13 bulan terjebak di dalam salju dan berada dalam kondisi seperti hibernasi selama sekitar dua jam, sebelum berhasil dibangunkan kembali. Selama waktu itu, jantung Erika tidak dan bayi itu secara klinis dalam keadaan mati.

Meski ini mungkin menawarkan harapan bahwa suatu hari kita dapat mengembangkan suspended animation, apa yang dialami Erika adalah insiden terisolasi yang belum direplikasi.

Karena waktu adalah aspek mendasar dari realitas kita, kita tidak bisa menghentikannyaseperti halnya kita tidak bisa menghentikan kedalaman atau lebar.

Lebih jauh lagi, dilatasi waktu yang praktis akan memerlukan rekayasa dan kebutuhan energi yang begitu kompleks sehingga nyaris tidak mungkin.

Lalu mungkinkah proyek rekayasa biologi menjadi solusi bagi hal yang tampaknya mustahil ini, pada akhirnya memungkinkan kita untuk mengelak dari waktu?

"Mungkin saja," kata McClure-Begley. "Tapi jangan terlalu berharap."


Sumber : Detik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar